RADARCIANJUR.com - Warga Kampung Leuwipari Rt01/Rw002, Desa Cibadak Kecamatan Cibeber, masih tetap melestarikan kearifan lokal.
ragi atau pulun, merupakan bahan yang sudah tak asing untuk memfermentasi makanan yang terbuat dari singkong. Ternyata, pembuatan ragi yang dilakukan warga sekitar, masih menjaga proses secara tradisional.
Seiring perkembangan zaman, ketersediaan ragi di pasaran sudah mulai berkurang. Lantaran, tak sedikit juga pengerajin ragi sudah langka dan sedikit ditinggalkan. Bahkan, harga jual ragi dianggap kurang menguntungkan.
"Ini kelihatannya seperti gampang, padahal kami harus tau komposisi bahan sehingga dapat menghasilkan ragi yang bagus dan berkualitas," ujar Pengerajin ragi Leuwipari, Dedeh Rohaeni (58).
Baca Juga: Tutup Bulan Dana PMI 2023, Asda 1 Cianjur: Eratkan Sinergi Dengan Pemerintah
Kemampuannya tidak diragukan dalam meracik bahan hingga menghasilkan ragi berkualitas. Lantaran, resep yang diterapkan masih dijaga keasliannya dari turun temurun.
Meskipun bahan yang digunakan sama dengan pembuatan ragi pada umumnya, tetap saja, ada resep khusus yang turut bercampur dalam ragi yang dijualnya.
"Bahannya hampir sama dengan buatan pengrajin lainnya, namun kami punya resep khusus, sehingga ragi yang dihasilkan berkualitas baik," ungkapnya.
Puluhan tahun sudah ia menggeluti pembuatan ragi. Bukan tanpa kendala. Hanya saja kurangnya modal untuk bisa memproduksi ragi tersebut.
Baca Juga: Fokus Perbaikan Infrastruktur, Lapas Cianjur Tunda Kunjungan Keluarga WBP
Dalam sehari, Dedeh bisa memproduksi 460 biji perhari dengan modal yang dikeluarkan Rp180 ribu dan dijual per biji Rp600 dengan keuntungan Rp276 ribu.
"Dengan modal beli bahan 180 ribu, saya menjual ke pengepul Rp600 per biji. Jadi hasilnya sekitar Rp276 ribu setiap hari," paparnya.
Belum sepenuhnya keuntungan sendiri. Dedeh masih harus membagi keuntungan tersebut kepada warga yang turut membantu dan tidak setiap hari barang tersebut dijual ke pengepul.
Selain modal, kendala lainnya ketika turun hujan. Dedeh harus bersabar. Lantaran, ragi akan sulit kering jika kondisi cuaca tidak sedang bagus atau tanpa ada cahaya matahari.
"Kalau musim hujan seperti sekarang sulit, ragi harus betul betul kering, sehingga produk ragi kami tetap dijaga kualitasnya. ragi banyak yang bikin, tapi ragi yang kami bikin punya keistimewaan, walau hanya sedikit saja digunakan saat membuat peuyeum tapi rasanya manis sekali," paparnya.***
Artikel Terkait
Rekonstruksi Kasus Mario Dandy Dibagi Tiga Bagian Rangkaian Peristiwa
Heboh, Ibu-ibu di Cianjur Kendarai Motor Plat Merah Tanpa Kenakan Helm, Warga: Jangan Dibiarkan
Agnes Kekasih Mario Dandy Tak Dihadirkan dalam Rekonstruksi Penganiayaan David Ozora, Kenapa?
Fokus Perbaikan Infrastruktur, Lapas Cianjur Tunda Kunjungan Keluarga WBP
Tutup Bulan Dana PMI 2023, Asda 1 Cianjur: Eratkan Sinergi Dengan Pemerintah