RADARCIANJUR.com - Bangunan bersejarah itu berornamen merah dan keemasan. Warna merahnya semakin banyak, lampion menghiasi tembok dan pintu masuk setinggi kurang lebih lima meter dan lebar dua meter.
Vihara Bhumi Parsija namanya. Tepat berada di kanan Jalan Mangunsarkoro Nomor 60, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan Cianjur. Tak asing memang, terlebih bagi masyarakat Kota Santri keturunan Tionghoa.
LAPORAN: Abdul Aziz N Hakim, Cianjur
Vihara Bhumi Pharsija memang sudah tak muda lagi. Namun, memiliki sejarah keberadaan masyarakat Tionghoa pada masa lampau di Kota Tauco.
Bukan hanya bangunannya saja yang menjadi sejarah, dari 13 patung dewa yang ada, terdapat satu patung yang dibawa langsung dari Negeri Tirai Bambu, Cina.
Baca Juga: Ribuan Warga Cianjur Serbu Kereta Api Siliwangi Saat Imlek
Dewa Bumi dan Tanah. Bertengger di altar paling megah. Terlihat jelas saat memasuki vihara yang diperkirakan dibangun sejak tahun 1.800 an.
Dewa Bumi dan Tanah bukan asal sembarang menempatkan di altar agung tersebut. Itu dikarenakan pada masa itu, masyarakat Tionghoa Cianjur mengagungkannya sebagai salah satu pemberi berkah atas hasil pertanian.
Di belakang dewa yang bernama Hok Tek Cheng Sin ini, terdapat tiga cermin. Namun, cermin bukan hanya sebagai hiasan saja. Tetapi ada makna mendalam. Masyarakat Tionghoa Cianjur yang akan berdoa, seakan bercermin terhadap diri sendiri atau intropeksi diri. Tepat di bawah altar, tersimpan beragam persembahan seperti buah Apel, Pir, Pisang dan Kue Keranjang khas Tahun Baru Imlek.
Baca Juga: Polres Cianjur Imbau Warga Saat Libur Imlek: Hati-hati Ada Titik Longsor dan Gempa Susulan
Artikel Terkait
5 Ide Outfit Saat Imlek 2023, Tetap Memikat dan Fashionable
Kawasan Puncak Bogor Masih jadi Destinasi Favorit Berlibur Imlek 2023
Imlek 2023 dalam Kebangkitan Cianjur Pascabencana
Tahun Baru Imlek 2023, Polres Cianjur Turunkan 221 Personel
Tahun Baru Imlek 2023, Wisata Puncak Bogor Mulai Berdatangan