RADARCIANJUR.com - Pakar Perkembangan Anak, Remaja, dan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra menilai kebijakan waktu masuk sekolah pukul 05.30 Wita di Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal berdampak buruk bagi siswa.
“Masuk lebih pagi, terburu-buru, dikhawatirkan anak-anak jadi tidak sempat sarapan atau sarapan namun kurang berkualitas, sehingga memengaruhi konsentrasi belajar di sekolah,” katanya dalam keterangannya di Yogyakarta, Jumat (3/3).
Novi menyebutkan, kebijakan sekolah masuk lebih pagi, bisa berdampak negatif pada fisik, emosi, maupun kognisi siswa.
Baca Juga: 10 SD Terbaik di Kabupaten Cianjur Versi Kemendikbud, Sekolah Kamu?
Dari sisi fisik, masuk sekolah lebih pagi akan memengaruhi kualitas tidur, sehingga berpengaruh pada kondisi fisik anak.
Dia juga mengatakan penambahan jam sekolah akan mengakibatkan kelelahan kronis pada anak yang bisa menurunkan imunitas tubuh, sehingga lebih rentan terserang penyakit dan mengurangi fokus belajar anak.
Kebijakan masuk sekolah pagi juga akan berpengaruh pada emosi anak karena harus bangun lebih pagi yang tentunya bukan menjadi hal yang mudah.
Demikian halnya dengan orang tua, yang bisa tersulut emosinya ketika menjumpai anak-anak belum siap.
Baca Juga: Peringkat 639 Indonesia: SMAN 1 Cianjur masuk Sekolah Terbaik Versi LTMPT
“Akan banyak berpotensi memunculkan problem emosi, yang seharusnya berangkat dengan emosi positif penuh harapan dan motivasi. Namun, justru diawali dengan emosi negatif. Belum lagi kalau terlambat anak akan menerima hukuman, di sini anak-anak juga bisa timbul emosi dan begitu juga gurunya emosi karena capek,” ujarnya.
Menurutnya, ada lingkaran persoalan emosi negatif yang dimunculkan dalam kondisi itu. Apabila hal tersebut berlangsung dalam jangka panjang, dikhawatirkan dapat menurunkan motivasi belajar siswa dan mengajar guru.
Kebijakan tersebut, menurut dia, juga memengaruhi aspek kognitif pada anak karena otak manusia akan berfungsi secara optimal, jika kondisi seluruh tubuh berada dalam keadaan fit dan bahagia.
Jika hal itu tidak terjadi, maka otak tidak dapat berfungsi secara optimal, sehingga berkontribusi pada penurunan kualitas numerasi, literasi, serta pengambilan keputusan.
Artikel Terkait
Pekan Lomba Kreativitas Siswa 2023: 62 Sekolah Dasar Siap Bersaing
SMAN 1 Cianjur masuk Sekolah Terbaik Versi LTMPT
Peringkat 639 Indonesia: SMAN 1 Cianjur masuk Sekolah Terbaik Versi LTMPT
Ombudsman Minta Pemprov NTT Kaji Ulang Penerapan Sekolah Pukul 05.00
10 SD Terbaik di Kabupaten Cianjur Versi Kemendikbud, Sekolah Kamu?